BERITAJABAR.ID, Jakarta – Judi Daring atau yang juga dikenal sebagai Judi Online (Judol) semakin marak di tengah kemajuan teknologi, namun di balik itu, tersimpan bahaya besar yang mengintai masyarakat.
Anggota DPR RI, Irjen Pol (Purn) Drs. Frederik Kalalembang, menegaskan bahwa judi dare hanya menguntungkan bandar dan merugikan para pemainnya.
“Judi online itu 100 persen adalah penipuan. Kita masuk ke suatu situs, berinteraksi dengan orang yang tidak kita kenal. Berawal dari hanya coba-coba, lalu masuk atau klik tautan iklan yang muncul di ponsel kita, akhirnya menghabiskan semua isi tabungan di rekening,” kata Frederik
Frederik menambahkan bahwa judi online dirancang agar pemain terus kecanduan tanpa ada keuntungan nyata.
“Di situ ada rangsangan, mungkin ada kemenangan tapi itu bersifat propaganda. Tidak ada akumulasi masuk judi online. Hancur rumah tangga. Ini seperti narkoba membuat kita mandiri. Mungkin dalam 10 kali bermain hanya sekali saja menang,” ujarnya.
Salah satu metode yang mempermudah akses judi online adalah sistem deposit pulsa. Dengan nominal yang kecil, pemain tidak sadar telah menghabiskan uang dalam jumlah besar. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah menertibkan puluhan ribu situs judi online dan menangkap beberapa pengelola situs ilegal tersebut.
Namun, Frederik menilai permasalahan utamanya ada pada penggunaan kartu SIM prabayar yang datanya sering dipalsukan.
“Pemerintah harus mengatur penggunaan kartu SIM prabayar, ini harus diperketat. Penggunaan e-SIM juga harus sudah diterapkan yang nantinya dalam melakukan aktivasi harus sesuai NIK dan KK,” tegasnya. JFK juga mendorong pemerintah dan Komdigi untuk membahas solusi ini dalam rapat panja.
Sementara itu, Praktisi komunikasi, Dr. Niken Widyastuti, menekankan bahwa judi online adalah ilusi keberuntungan yang memicu ketergantungan. “Mungkin awalnya hanya Rp50 ribu, lalu naik jadi Rp100 ribu masih menang, tapi kemudian saat dimasukkan jadi Rp500 ribu itu kemudian kalah,” katanya.
Menurut Niken, dampak judi online sangat luas, mulai dari perubahan perilaku, kehancuran rumah tangga, hingga penurunan kualitas hidup.
Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk membangun komunikasi yang baik dalam keluarga, rajin berolahraga, serta mengikuti kegiatan positif sebagai langkah pencegahan.
****