Indonesia Perlu Belajar Menjaga Stabilitas dari Gejolak Nepal

Berita53 Views

BERITAJABAR.ID, Jakarta, Gelombang pembekuan di Nepal berakhir tragis dengan korban jiwa, kerusakan fasilitas negara, hingga pengunduran diri Perdana Menteri KP Sharma Oli. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi banyak negara, termasuk Indonesia, tentang pentingnya menjaga stabilitas politik dan merespons aspirasi publik dengan bijak.

Direktur Haidar Alwi Institut, Sandri Rumanama, menilai krisis Nepal patut dijadikan pembelajaran. Ia mengeluarkan, meskipun kondisi Indonesia relatif stabil, kewaspadaan tetap diperlukan.

“Kita harus belajar dari kondisi Nepal hari ini. Sebagai negara demokrasi dengan tantangan ekonomi yang serupa, kita wajib bahu membahu menjadi satu kesatuan di tengah geopolitik global yang semakin tidak menentu,” kata Sandri.

Sandri mengingatkan, pemerintah dan aparat keamanan perlu selalu menjaga kesiapsiagaan. Menurutnya, langkah antisipatif penting agar potensi sosial tidak berkembang menjadi krisis.

“Pemerintah harus bersatu, dan aparat keamanan juga harus siap menghadapi potensi gejolak,” tegasnya.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Sukamta, menilai memaksakan Nepal sebagai refleksi penting. Ia mencontohkan bagaimana kemarahan publik muncul akibat kebijakan pelarangan media sosial.

“Masyarakat kemarahan telah membawa dampak perubahan yang besar,” ujar Sukamta.

Ia menekankan bahwa pejabat publik harus berhati-hati dalam menyampaikan dan berbicara agar tidak menyinggung masyarakat. Janji yang telah diucapkan juga harus diwujudkan dengan tindakan nyata.

“Transparan pada data dan anggaran,” ucapnya.

Sukamta juga menyoroti peran besar generasi muda, khususnya Gen Z, yang menjadi motor penggerak reformasi di Nepal. Generasi ini tumbuh di era digital, cepat menyerap informasi, serta peduli pada isu-isu yang mencakup kehidupan mereka, seperti pendidikan, lapangan kerja, lingkungan, dan korupsi.

“Gen Z tidak suka basa-basi, karena mereka menginginkan keaslian, data yang jelas, dan kesempatan untuk berbicara,” katanya.

Sementara itu, Aliansi Pembangunan Kemanusiaan Indonesia (AP-KI) mendorong agar setiap elemen bangsa mengutamakan dialog dalam menyelesaikan perbedaan. Sekretaris AP-KI, Kaimuddin, menekankan, pentingnya generasi muda untuk menahan diri.

“Mari kita bersama-sama melindungi ruang publik, merawat solidaritas, dan menempatkan kemanusiaan di atas kepentingan apa pun demi masa depan Indonesia yang damai dan mengesankan,” ungkapnya.

Gejolak di Nepal menjadi pelajaran penting. Indonesia yang saat ini relatif stabil tetap perlu menjaga kepercayaan publik dan menjaga ruang dialog, agar tidak muncul kerentanan serupa di masa depan.***