Ekonomi RI Melesat di Tengah Tekanan Global Berkat Kepemimpinan Presiden Prabowo

Berita631 Views

BERITAJABAR.ID, Jakarta – Kinerja ekonomi Indonesia kembali mencatat hasil yang menggembirakan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan _(year on year/yoy),_ lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud menjelaskan, pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp5.947 triliun dan atas dasar harga konstan (ADHK) Rp3.396,3 triliun.

“Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 bila dibandingkan dengan kuartal II 2024 tumbuh sebesar 5,12 persen,” jelasnya.

Laju pertumbuhan tersebut lebih baik dibandingkan kuartal I 2025 yang berada di angka 4,87 persen. Apalagi jika dibanding kuartal II 2024 yang mencatat 5,05 persen, hasil ini menunjukkan akselerasi ekonomi yang signifikan.

“Capaian ini sejalan dengan pola musiman yang terjadi tiap tahun. Pertumbuhan kuartal II memang cenderung lebih tinggi dari kuartal I,” ujarnya.

Edy kebiasaan bahwa konsumsi rumah tangga menjadi motor utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar 2,64 persen. Disusul investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang mencapai 2,06 persen.

“Dari sisi triwulan ke triwulan (qtq), ekonomi tumbuh 4,04 persen pada kuartal II, melonjak dibandingkan kuartal I yang sempat terkontraksi 0,98 persen. Capaian ini menjadi bukti bahwa kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam menggenjot sektor produktif mulai menampakkan hasil,” terang Edy.Penguatan ekonomi juga berdampak langsung pada pasar keuangan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (5/8) ditutup menguat 50,54 poin atau naik 0,68 persen ke level 7.515,19. Hari Sepanjang, IHSG konsisten berada di zona hijau, dengan nilai transaksi mencapai Rp18,46 triliun.

Sementara itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menggarisbawahi bahwa penambahan ekspor juga mengurangi percepatan pertumbuhan ekonomi. Banyak pelaku melakukan ekspor dalam jumlah besar sebelum pemberlakuan tarif baru oleh pemerintah Amerika Serikat pada 7 Agustus mendatang.

“Jadi banyak pesanan ekspor sebelum kenaikan tarif itu dilakukan, bahkan setelah terjadi pengumuman tersebut,” jelas Sri Mulyani.

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah akan terus menyatukan dampak tarif impor baru dari AS sebesar 19 persen terhadap barang dari Indonesia.

“Kita diharapkan momentum akan terjaga di kuartal tiga dan empat,” imbuhya.****