Teknologi Proteomik Melesat: Pakar Halal, Pangan, dan Biomedis Berkumpul Bahas Masa Depan Sains Indonesia

BERITAJABAR.ID, Yogyakarta – Suasana Yogyakarta terasa penuh energi sejak pagi. Para peneliti, akademisi, dan regulator berkumpul dalam Seminar “Proteomics with LC–HRMS Orbitrap: From Research to Routine” di Artotel Suites Bianti, sebuah acara yang diselenggarakan oleh Corpora Science bekerja sama dengan PT Wiralab Analitika Solusindo. Di sini, teknologi Orbitrap menjadi pusat perhatian karena dianggap mampu membuka era baru riset biomolekul di Indonesia.

Acara dibuka oleh H. E. A. Chuzaemi Abidin, Deputi Pembinaan dan Pengawasan Jaminan Produk Halal BPJPH. Ia menekankan bahwa pasar halal dunia makin kompetitif dan Indonesia perlu bergerak cepat. “Indonesia harus punya laboratorium halal yang kuat dan metode pengujian yang presisi,” ujarnya. Ia juga menyoroti posisi Indonesia dalam ekonomi syariah global, update regulasi JPH, hingga tantangan pengujian bahan yang makin kompleks.

Presentasi berikutnya datang dari Hendy Dwi Warmiko, General Manager Corpora Science, yang memaparkan penelitian soal peptida spesifik gelatin babi. Penjelasan Hendy cukup mencuri perhatian karena memperlihatkan bagaimana LC-HRMS mampu memetakan peptida dengan sangat detail. “Untuk produk terproses seperti gelatin, Orbitrap memberi resolusi yang jauh lebih baik dibanding LC-MS/MS atau PCR,” katanya. Ia menyebut teknologi ini bisa menjadi pondasi metode deteksi gelatin yang lebih akurat ke depan.

Dari BRIN, Anjar Windarsih menjelaskan bagaimana bottom-up proteomics digunakan untuk autentikasi daging dan gelatin. Anjar juga menunjukkan integrasi proteomik dan metabolomik untuk mengecek kehalalan produk pangan kompleks. “Detail yang bisa kita lihat dengan Orbitrap itu jauh lebih dalam daripada metode biasa,” ujarnya.

Selanjutnya, Rudi Heryanto dari IPB University membahas bagaimana proteomik dan metabolomik dipakai dalam penemuan obat baru. Rudi menjelaskan jaringan kerja molekul melalui pendekatan network pharmacology dan bagaimana LC-HRMS mempercepat proses screening senyawa bioaktif. Ia menilai teknologi ini sangat relevan dengan kekayaan hayati Indonesia.

Dari Universitas Kristen Petra, Ratnaningrum Dewi Karuna menjelaskan peran proteomik di bidang pangan, klinik, hingga biosimilar. Ia menyoroti bagaimana high-resolution MS membantu memahami perubahan ekspresi protein secara lebih akurat. “Kalau bicara presisi, high-res MS memang jauh berbeda kelasnya,” sebutnya.

Sesi terakhir dibawakan Tri Rini Nuringtyas dari UGM yang membahas riset proteomik pada bisa ular. Ia menunjukkan bagaimana Orbitrap membantu memetakan berbagai jenis toksin di dalam venom. “Venom itu sangat kompleks. Profiling proteomik membantu kita melihat toksinnya satu per satu,” ujarnya. Informasi ini penting untuk pengembangan antivenom yang lebih efektif.

Dengan antusiasme peserta yang tidak surut sepanjang acara, seminar yang diprakarsai Corpora Science ini memperlihatkan bahwa minat terhadap teknologi proteomik di Indonesia semakin besar. Orbitrap diprediksi akan menjadi alat penting dalam riset halal, pangan, kesehatan, hingga biomedis di tahun-tahun mendatang. (***)