Rekrutmen Generasi Z: Apa yang Harus Diubah oleh Divisi HR?

EKONOMI, Nasional15 Views

BERITAJABAR.ID, Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini mulai mendominasi dunia kerja, khususnya di kota-kota besar Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, lebih dari 27% penduduk usia produktif Indonesia merupakan Gen Z. Mereka tumbuh di era digital, terbiasa dengan perubahan cepat, dan memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap pekerjaan dibanding generasi sebelumnya.

Dalam konteks ini, perusahaan yang masih menggunakan pendekatan rekrutmen tradisional berisiko tertinggal. Divisi HR harus mulai memodernisasi strategi rekrutmen mereka, termasuk dalam hal kompensasi, benefit, dan teknologi yang digunakan.

Salah satu aspek penting adalah transparansi dan kecepatan dalam sistem penggajian, yang kini bisa dioptimalkan dengan payroll software untuk memastikan pengalaman kerja yang profesional dan sesuai ekspektasi generasi digital ini.

Mengenal karakteristik Gen Z di dunia kerja

Gen Z bukan hanya digital native, tapi juga generasi yang sangat sadar akan kesehatan mental, keseimbangan hidup, dan nilai-nilai sosial. Mereka tidak sekadar mencari pekerjaan, tetapi juga lingkungan kerja yang mendukung dan bermakna.

Berikut beberapa karakter utama Gen Z yang berdampak langsung terhadap proses rekrutmen:

  • Cepat dan responsif:Mereka mengharapkan proses rekrutmen yang ringkas, jelas, dan cepat, tanpa birokrasi berbelit.
  • Fleksibel dan adaptif: Gen Z menginginkan jam kerja fleksibel, model kerja hybrid atau remote, serta kultur kerja yang tidak kaku.
  • Transparan dan digital:Mereka lebih percaya pada perusahaan yang terbuka tentang sistem kerja, gaji, hingga jenjang karier. Mereka juga menilai positif perusahaan yang menggunakan teknologi HR modern seperti HRIS dan payroll software.
  • Tertarik pada visi dan budaya perusahaan:Employer branding menjadi sangat penting. Gen Z cenderung memilih tempat kerja yang nilai-nilainya selaras dengan diri mereka.

Tantangan HR dalam merekrut Gen Z di Indonesia

Divisi HR kini menghadapi tantangan besar dalam menarik dan mempertahankan bakat Gen Z. Beberapa hambatan yang sering ditemui di lapangan antara lain:

  • Sistem rekrutmen yang terlalu formal dan lambat, membuat Gen Z kehilangan minat.
  • Kurangnya informasi tentang benefit dan gaji di awal rekrutmen, padahal Gen Z menghargai transparansi sejak awal.
  • Penggunaan metode komunikasi yang kurang personal atau terlalu kaku, seperti email blast atau proses wawancara standar.
  • Sistem HR yang manual dan tidak terdigitalisasi, membuat Gen Z mempertanyakan profesionalisme perusahaan.

Apa yang perlu diubah oleh divisi HR?

Untuk menjawab tantangan ini, HR perlu melakukan perubahan fundamental, bukan sekadar kosmetik.

1. Digitalisasi proses rekrutmen

Menggunakan platform rekrutmen yang terintegrasi dengan HRIS atau ATS (Applicant Tracking System) akan membuat proses lebih efisien dan profesional. Penggunaan tools seperti LinkedIn Jobs, Kalibrr, atau Glints kini menjadi standar di kalangan Gen Z.

2. Percepat proses seleksi dan feedback

Gen Z terbiasa dengan kecepatan. Hindari proses seleksi yang berlarut-larut. Kirimkan feedback maksimal 1 minggu setelah proses wawancara. Platform seperti Reqrut.id dan TopKarir mulai mengadopsi metode ini.

3. Perjelas informasi gaji dan tunjangan sejak awal

Banyak Gen Z menghindari lowongan yang tidak mencantumkan gaji. Mereka juga tertarik pada detail tunjangan seperti cuti tambahan, asuransi kesehatan, dan fleksibilitas jam kerja. Sistem kompensasi yang transparan dan terdigitalisasi melalui payroll software akan menjadi nilai jual bagi perusahaan.

4. Optimalkan employer branding di media sosial

Perusahaan seperti Tokopedia, Ruangguru, dan Sayurbox sukses merekrut Gen Z dengan memanfaatkan Instagram, TikTok, dan YouTube sebagai sarana branding yang menarik dan autentik.

5. Bangun budaya kerja yang inklusif dan kolaboratif

Gen Z menyukai organisasi yang menghargai keberagaman, mendukung perkembangan pribadi, dan terbuka terhadap ide-ide baru. Mereka juga sangat menghargai pelatihan dan peluang belajar berkelanjutan.

Kesimpulan: transformasi HR adalah kunci menarik Gen Z

Menghadapi era baru tenaga kerja Indonesia yang didominasi Gen Z, perusahaan harus segera bertransformasi. Tidak hanya dari sisi rekrutmen, tetapi juga sistem kerja dan manajemen SDM secara keseluruhan. Digitalisasi adalah kunci, dan penerapan sistem seperti payroll software akan memperkuat citra profesional perusahaan di mata Gen Z. Dengan strategi yang tepat, perusahaan bukan hanya mampu merekrut Gen Z yang potensial, tetapi juga membangun loyalitas jangka panjang dari generasi pemimpin masa depan ini.