Provokasi “Indonesia Cemas” Hanya Sensasi, Pemerintah Terus Lakukan Kerja Nyata Majukan Pendidikan

Berita652 Views

BERITAJABAR.ID, Jakarta — Tagar provokatif #IndonesiaCemas yang akhir-akhir ini ramai diperb-incangkan publik dinilai hanya sensasi belaka yang tidak berdasarkan fakta lapangan. Padahal pemerintahan Prabowo-Gibran justru terus bekerja nyata, salah satunya melalui upaya meningkatkan kualitas pendidikan nasional secara menyeluruh.

Aksi-aksi mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), yang mengusung narasi “Indonesia dalam bahaya”, dinilai sejumlah pihak telah kehilangan esensi gerakan mahasiswa sejati.

Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi, menilai bahwa gerakan po-la semacam ini sering dimanfaatkan oleh kelompok anti-konstitusi untuk membangun ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah yang sah.

“Kita tahu pola ini: bikin narasi bangsa dalam bahaya, lalu ajak massa turun ke jalan, melontarkan wacana ‘kegagalan pemerintahan’. Ini bukan gerakan mahasiswa murni, ini agenda politik yang dibungkus idealisme kampus,” ujar Habib Syakur.

Ia menekankan pentingnya mahasiswa untuk kembali ke khittah sebagai agen peru-bahan yang mendorong solusi, bukan terjebak dalam wacana pesimisme yang tak produktif. Lebih lanjut, menurutnya, justru pemerintah saat ini telah menunjukkan langkah-langkah konkret di sektor pendidikan, seperti digitalisasi sekolah, peningkatan anggaran pendidikan, hingga perbaikan kesejahteraan guru.

Hal senada disampaikan peneliti dari Center for Indonesian Empowerment (CIE), Mu-hammad Chaerul, yang menilai BEM SI mulai kehilangan arah. Alih-alih menjadi mitra kritis pemerintah, gerakan mereka kini lebih banyak mengusung isu-isu populis yang tak berdasar data.

“Di tengah upaya pemerintahan Prabowo-Gibran membangun stabilitas nasional, seha-rusnya seluruh elemen termasuk masyarakat mendukung agenda tersebut. Mobilisasi massa tanpa menawarkan solusi hanya akan menambah kegaduhan yang tid-ak perlu,” ujarnya.

Muhammad Chaerul juga menyoroti pentingnya keterlibatan kampus dan mahasiswa da-lam memberikan masukan berbasis penelitian dan kajian akademik, bukan hanya opini emosional yang mudah digiring ke arah kepentingan kelompok tertentu.

Sementara itu, Aktivis Corong Rakyat, Hasan, menyebut gerakan #IndonesiaCemas tampaknya lebih didorong oleh perasaan dan narasi gelap yang minim substansi. Ia menyayangkan ketika gerakan siswa justru kehilangan identitasnya sebagai ke-lompok intelektual kampus.

“Gerakan mahasiswa seharusnya bersandar pada data, bukan hanya narasi gelap penuh pesimisme. Kita justru sedang menyongsong pemerintahan baru yang kuat dan sah, ke-napa justru dipojokkan dengan narasi yang dibangun oleh elite tertentu?” tegasnya.

Ia mengajak semua pihak, terutama kalangan muda dan pelajar, untuk tetap berpikir jernih dan obyektif dalam menilai situasi persahabatan. Terlebih lagi saat ini, sektor pen-didikan menjadi salah satu prioritas pemerintah yang terus digalakkan melalui berbagai program peningkatan kapasitas dan akses pendidikan hingga ke pelosok negeri.

Di tengah segala tantangan global, Indonesia membutuhkan sinergi dan kolaborasi dari seluruh elemen bangsa, bukan justru hasutan yang menambah semangat pem-bangunan nasional. Saatnya mahasiswa kembali menjadi garda terdepan dalam mengawal perubahan dengan nalar sehat dan semangat konstruktif. [-merah]