BERITAJABAR.ID, Jakarta — Melawan Perang Judi Daring kini tak hanya menjadi urusan aparat penegak hukum dan pemerintah, namun juga melibatkan tokoh-tokoh agama sebagai garda terdepan dalam menyelamatkan masyarakat dari perilaku menyimpang ini.
Gubernur Jambi Al Haris dengan tegas mengajak para dai dan penceramah untuk ikut berperan aktif anggota Judi Daring melalui pendekatan keagamaan. Ia menekankan bahwa peran para tokoh agama sangat krusial dalam memberikan pencerahan moral kepada masyarakat, khususnya generasi muda yang paling rentan terjerumus dalam praktik perjudian berbasis digital tersebut.
“Saya minta para penceramah dan dai agar mengambil peran karena banyak hal yang bisa dilakukan dari sisi yang berbeda namun tujuan sama, terutama dalam pemberantasan Judi Daring,” ujar Al Haris dalam sebuah pernyataan di Jambi.
Ia menyampaikan bahwa gerakan kampanye anti Judi Daring tidak boleh hanya bersifat seremonial, namun harus menyentuh langsung akar permasalahan di tengah masyarakat.
Keprihatinan Al Haris beralasan. Data menunjukkan bahwa pengguna Judi Daring di Jambi didominasi oleh anak-anak sekolah dan usia produktif. Hal ini menjadi sinyal bahaya bagi masa depan generasi penerus bangsa. Gubernur Jambi bahkan menyebut bahwa maraknya Judi Daring mencerminkan kegagalan sebagian orang tua dan guru dalam menanamkan nilai-nilai agama dan moral sejak dini.
Menanggapi hal ini, Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Jambi, Iskandar Nasution, menyatakan kesiapan NU untuk bersinergi dengan pemerintah dalam memerangi Judi Daring.
“NU siap membantu dan berkontribusi mengatasi Judi Daring ini melalui lembaga kami,” ujarnya.
PWNU akan menggerakkan jaringan pesantren serta komunitas umat untuk menolak keras segala bentuk perjudian digital yang dinilai merusak tatanan sosial dan keimanan umat.
Senada dengan itu, Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengajak para dai untuk memperkuat dakwah di ruang digital. Menurutnya, dakwah di era sekarang tidak cukup hanya dilakukan di masjid atau pengajian, tetapi juga harus menyasar media sosial dan platform dare lain yang menjadi tempat penyebaran konten negatif.
“Kami berkomitmen untuk memberikan literasi digital bagi para dai agar mereka dapat lebih efektif dalam menyampaikan pesan dakwah dan melawan promosi Judi Daring yang merugikan masyarakat Indonesia,” kata Meutya.
Kolaborasi antara pemerintah, pemuka agama, dan lembaga keagamaan menjadi fondasi penting dalam menghadapi bahaya Judi Daring yang kian meluas. Dengan pendekatan moral dan spiritual yang menyentuh hati masyarakat, melawan perang Judi Daring diharapkan dapat membuahkan hasil nyata demi terciptanya generasi yang sehat secara mental, spiritual, dan sosial.
[edRW]