BERITAJABAR.ID, Di tengah arus perubahan yang begitu cepat, peran pemuda menjadi sangat krusial dalam menentukan arah masa depan bangsa. Pemuda bukan sekadar kelompok usia, melainkan representasi dari semangat, ide, dan kekuatan pembaruan.
Sayangnya, masih banyak pemuda yang memilih bersikap apatis acuh tak acuh terhadap isu-isu sosial, politik, hingga lingkungan di sekitarnya. Padahal, sikap apatis hanya akan membatasi ruang mereka untuk berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai agen perubahan.
Pemuda memiliki keunggulan dalam hal energi, kreativitas, dan kepekaan terhadap perubahan. Dengan pemanfaatan yang tepat, kekuatan ini bisa menjadi bahan bakar utama dalam mendorong kemajuan di berbagai bidang. Ketika pemuda mulai peduli terhadap isu-isu yang ada seperti ketimpangan sosial, perubahan iklim, pendidikan, hingga korupsi maka mereka bisa menjadi motor penggerak untuk menciptakan solusi konkret.
Partisipasi aktif pemuda dalam kegiatan sosial, organisasi, komunitas, hingga politik adalah wujud nyata bahwa mereka sadar akan tanggung jawabnya. Peran ini tidak selalu harus besar. Hal-hal kecil seperti menjadi relawan, ikut diskusi publik, atau menyuarakan pendapat secara santun di media sosial pun sudah menjadi langkah awal yang penting.
Sikap apatis seringkali lahir dari rasa kecewa, ketidakpercayaan terhadap sistem, atau merasa bahwa satu suara tidak berarti. Padahal, justru dengan tidak bersuara, pemuda membiarkan keadaan tetap stagnan atau bahkan memburuk. Apatisme menumpulkan potensi, karena membuat seseorang kehilangan rasa empati dan kepedulian terhadap sekitar.
Perubahan besar tidak selalu harus dimulai dari tindakan heroik. Cukup dengan membuka mata, telinga, dan hati terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar, itu sudah menjadi langkah awal untuk keluar dari zona apatis. Pendidikan karakter, diskusi terbuka, dan peran media juga sangat penting dalam membentuk kesadaran kritis pemuda.