Pemerintah Maksimalkan Balai Latihan Kerja untuk Redam Dampak PHK

Berita650 Views

BERITAJABAR.ID, Jakarta – Dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan meningkatkan risiko pemutusan hubungan kerja (PHK), Pemerintah Republik Indonesia mengambil langkah nyata melalui berbagai program strategi untuk melindungi dan memberdayakan tenaga kerja. Salah satu fokus utama pemerintah saat ini adalah memaksimalkan peran Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai pusat pelatihan vokasi nasional untuk membantu para pekerja terdampak PHK agar tetap produktif dan kompeten.

Program ini menjadi bagian dari kebijakan jangka menengah dalam membangun ekosistem ketenagakerjaan yang inklusif dan berkelanjutan, dengan dukungan penuh dari Kementerian Ketenagakerjaan. Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, menyampaikan komitmen pemerintah untuk terus memperkuat peran BLK.

”Kami mendukung penuh upaya peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui BLK dan akan terus mendorong perusahaan untuk mematuhi regulasi K3 dan jaminan sosial tenaga kerja,” ungkapnya.

Melalui program Kartu Prakerja, pemerintah juga memberikan akses pelatihan digital kepada para pekerja yang terdampak PHK, pencari kerja, dan masyarakat umum. Peserta dapat memilih berbagai jenis pelatihan mulai dari teknologi digital, manajemen, hingga kewirausahaan, sehingga mampu meningkatkan keterampilan sesuai kebutuhan industri saat ini. Program ini terbukti menjadi solusi cepat dalam membantu pekerja beradaptasi dan mencari peluang baru.

Selain pelatihan keterampilan, pemerintah juga menghadirkan program fasilitasi wirausaha mandiri. Skema ini mencakup pelatihan kewirausahaan, pendampingan usaha, dan akses pembiayaan yang terjangkau untuk mendorong pertumbuhan sektor UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Ini menjadi strategi jitu dalam menciptakan lapangan kerja baru dan menekan angka penurunan.

Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Sarif Abdillah, juga menekankan pentingnya penguatan peran BLK dalam peningkatan kualitas SDM.

”Keberadaan Balai Latihan Kerja harus dioptimalkan sebaik mungkin agar memberikan dampak nyata bagi peningkatan kompetensi tenaga kerja, pengurangan angka kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.

Sarif juga menambahkan upaya menyesuaikan sekolah vokasi agar sesuai lapangan kerja.

“Misalnya memperbanyak vokasi sekolah, juga link and match dengan perusahaan dan kebutuhan serapan tenaga kerja, harus dilakukan,” ujarnya.

Dalam masa transisi akibat PHK, pemerintah juga menyalurkan bantuan sosial sementara berupa bantuan pangan, bantuan tunai langsung, serta kebutuhan pokok lainnya secara tepat sasaran. Langkah ini dirancang untuk memberikan perlindungan menyeluruh bagi masyarakat yang terdampak secara ekonomi.

Dengan strategi yang terintegrasi antara pelatihan vokasi, kewirausahaan, dan perlindungan sosial, pemerintah tidak hanya membantu pekerja untuk bangkit, tetapi juga memperkuat daya saing nasional di era globalisasi dan transformasi digital.