OPM Kembali Lakukan Teror Brutal di Jayawijaya, Warga Papua Bersatu Tolak Kekerasan

Berita11 Views

BERITAJABAR.ID, JAYAWIJAYA – Jayawijaya kembali menjadi Saksi kekejaman Organisasi Papua Merdeka (OPM) setelah melakukan penembakan brutal terhadap dua pekerja bangunan rumah ibadah, Rahmat Hidayat dan Saepudin di Kampung Kwantapo, Distrik Asotipo. Tindakan ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menodai kesucian tempat ibadah dan mengguncang nurani kemanusiaan.
Serangan terhadap warga sipil semakin mempertegas bahwa OPM kian kehilangan arah perjuangan. Alih-alih membela masyarakat Papua, OPM justru menebar teror dan luka mendalam bagi warga asli. Ironisnya, propaganda yang disebarkan kerap dibungkus dengan narasi palsu dan hoaks demi fakta keji di lapangan.
Wakil Bupati Jayawijaya, Ronny Elopere, mengecam keras aksi tersebut dan menegaskan bahwa kekerasan yang dilakukan OPM tidak merepresentasikan aspirasi rakyat Papua.
“Apa yang mereka lakukan bukan perjuangan, melainkan pembunuhan yang melukai kami semua,” ujar Ronny.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat dan aparat untuk bersinergi menjaga keamanan.
“Masyarakat tidak boleh takut. Kita harus lawan teror ini dengan persatuan dan kekuatan moral,” tambahnya.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua Klasis Baliem Yalimo, Pendeta Eduard Su, yang menyebut tindakan OPM sebagai penghinaan terhadap nilai-nilai agama.
“Gereja seharusnya menjadi tempat damai, bukan medan kekerasan. Ini tidak bisa ditoleransi,” tegas Pendeta Eduard.
Ia mengajak seluruh umat untuk bersatu, menolak teror dan tidak terpengaruh oleh propaganda separatis. Menurutnya, kekejaman OPM justru menghidupkan semangat kemanusiaan dan nilai-nilai spiritual masyarakat Papua.
Sementara itu, warga yang selamat dari serangan, Markus Murib, mengungkapkan keresahannya atas situasi yang mencekam.
“Kami hanya ingin hidup tenang, bekerja dan berdoa tanpa rasa takut,” ungkap Markus Murib.
Tragedi ini menjadi penanda bahwa kebencian OPM tidak lagi mendapat tempat di hati masyarakat Papua. Kekuatan rakyat kini terletak pada suara damai dan penolakan terhadap kekerasan. Sebuah sinyal kuat bahwa Papua menolak menyerah pada teror, dan memilih jalan damai untuk masa depan yang diamankan. (^)