Narasi Indonesia Gelap Tidak Mewakili Semangat Buruh dan Rakyat

Nasional17 Views

BERITAJABAR.ID, Jakarta – Saat momentum Hari Buruh Internasional, para pimpinan serikat dan konfederasi buruh mengadakan pertemuan dengan sejumlah pejabat negara. Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Ketua Umum KSPSI Jumhur Hidayat, Presiden KSPI Said Iqbal, Presiden KSPSI Andi Gani, serta Ketua KSBSI Elly Rosita Silaban.

Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad dalam sambutannya mengungkapkan rasa terima kasih atas kebersamaan para pimpinan serikat buruh yang hadir dalam acara silaturahmi. Ia menyatakan bahwa salah satu peran DPR adalah menjembatani aspirasi, dan pertemuan ini bertujuan untuk menyatukan suara antara pekerja dan pemerintah agar tetap kompak.

Dasco menekankan bahwa pekerja, pemerintah, dan DPR perlu tetap bersatu untuk menghadapi tantangan ekonomi global yang ada.

“Kita harus memiliki tekad yang sama, bahwa apapun yang mengancam kelangsungan ekonomi dan kehidupan negara, buruh, pekerja, dan pemerintah harus bersatu untuk menghadapinya, agar Indonesia bisa menjadi lebih cerah,” ujar Dasco.

Ia juga menyatakan bahwa Indonesia memiliki prospek yang sangat baik di masa depan berkat kekayaan alam yang dimiliki serta sumber daya manusia yang sebenarnya memiliki potensi besar.

Dasco juga menekankan komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan upah buruh hingga 10 persen dalam waktu dekat.

“Kita berdoa agar upah pekerja dapat dinaikkan secara bertahap, dan dalam waktu dekat, kenaikannya bisa mencapai 10 persen. Ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kita,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Marsudi Syuhud, menyampaikan pandangannya mengenai narasi pesimisme yang beredar.

“Narasi pesimisme seperti ‘Indonesia gelap’ muncul ketika ekspektasi masyarakat tidak sejalan dengan realitas, terutama ketika menghadapi tekanan ekonomi atau penurunan pendapatan,” ujar Marsudi.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara harapan dan kenyataan dalam mengelola sumber daya yang terbatas.

Marsudi juga menyoroti pentingnya optimisme dalam membangun negara.

“Pendekatan ini sejalan dengan ajaran agama yang menekankan pentingnya membangun dengan semangat optimisme dan kebersamaan, bukan dengan rasa takut atau saling menyalahkan,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa kritik harus disampaikan secara terbuka dan bertanggung jawab agar tidak menimbulkan perpecahan, tetapi menciptakan semangat bersama untuk membangun bangsa.

Marsudi menekankan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh narasi negatif, melainkan untuk melihat peluang dan upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menjaga kelancaran pembangunan nasional.