Kunjungan Presiden Prabowo ke Sejumlah Negara Timur Tengah, Bahas Kerja Sama Ekonomi hingga Perkembangan Geopolitik

Berita, EKONOMI1071 Views

BERITAJABAR.ID, Jakarta – Presiden Prabowo menggelar undang-undang kenegaraan ke sejumlah negara di kawasan Timur Tengah mulai Rabu, 9 April 2025. Kunjungan ini menjadi bagian dari strategi diplomasi Indonesia untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan mendalami dinamika geopolitik global.

“Yang pertama, saya akan ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk bertemu dengan Presiden Uni Emirat Arab, Yang Mulia Sheikh Mohamed bin Zayed, dan untuk melakukan konsultasi, tukar-menukar pemikiran tentang perkembangan geopolitik dan geoekonomi dunia saat ini,” ujar Presiden Prabowo saat konferensi pers sebelum keberangkatan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Setibanya di Abu Dhabi pukul 06.30 waktu setempat, Presiden Prabowo langsung menggelar pertemuan tertutup dengan Presiden MBZ di Istana Qasr Al Shatie. Dalam pertemuan pribadi tersebut, kedua pemimpin membahas peluang kerja sama strategi antar-kedua negara di tengah ekonomi global.

“Setelah melakukan pertemuan pribadi, pertemuan akan diakhiri dengan diumumkannya baik MoU maupun LoI yang telah ditandatangani dan disepakati dari kedua belah pihak,” ujar Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana, di Emirates Palace, Abu Dhabi.

Lawatan Presiden Prabowo ini meliputi lima negara: Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania. Di Turki, Presiden menghadiri Antalya Diplomacy Forum dan menjadi pembicara dalam sesi leader’s talk, sekaligus melakukan kunjungan balasan atas undangan Presiden Recep Tayyip Erdoğan.

“Di Antalya, saya juga akan berkonsultasi dengan Presiden Erdogan tentang kerja sama industri, perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan. Kita memiliki hubungan yang cukup luas dan komprehensif dengan Turki,” kata Prabowo.

Kunjungan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dunia akibat kebijakan proteksionis baru dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kebijakan tarif yang agresif tersebut dinilai berpotensi memperlemah konflik dagang dan mengganggu stabilitas global.

Menurut Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, Indonesia melihat peluang untuk memperkuat posisi sebagai mitra alternatif negara-negara Timur Tengah.

“Seandainya mereka merasa tidak nyaman dengan perkembangan AS, maka RI harus membuka diri untuk menerima gelontoran investasi dari kawasan tersebut,” ujarnya.

Melalui kunjungan ini, Indonesia menegaskan peran aktifnya dalam peraturan internasional, serta membuka jalan bagi penguatan ekonomi nasional melalui strategi kemitraan dengan negara-negara kunci di kawasan Timur Tengah.

Reza juga menyarankan agar penyampaian Indonesia melibatkan aktor-aktor ekonomi yang memahami substansi hubungan Indonesia–Timur Tengah. “Komunikasi harus efektif, termasuk dengan penggunaan bahasa Arab, agar membangun kepercayaan dan kedekatan budaya,” tutupnya.