Konser Dijebol Penonton Tak Bertiket: Cermin Rendahnya Kesadaran Publik terhadap Tertib Acara

Viral1050 Views

BERITAJABAR.ID, Brebes – Kekacauan yang terjadi dalam konser Naragigs carnival di Desa Karang Malang, Kecamatan Ketanggungan, Brebes, bukan sekadar insiden sesaat. penonton tanpa tiket yang menjebol masuk ke area konser adalah gejala dari persoalan yang jauh lebih dalam, rendahnya kesadaran publik terhadap aturan, lemahnya budaya disiplin, dan ketidakmampuan sistem sosial menanamkan rasa tanggung jawab kolektif.

jika situasi seperti ini dibiarkan, maka dalam waktu dekat Brebes akan kehilangan kesempatan untuk tumbuh sebagai pusat kegiatan publik yang sehat dan berkelas. Tidak akan ada promotor serius yang mau mengambil risiko menggelar konser di tengah masyarakat yang masih memaklumi perilaku ilegal demi hiburan sesaat.

Dalam kasus ini, penyelenggara memang harus bertanggung jawab atas lemahnya pengamanan. Namun tanggung jawab tidak berhenti di sana. Ketika masyarakat secara massal merasa berhak menonton tanpa tiket, merusak pagar, dan melanggar aturan tanpa rasa bersalah, maka yang rusak bukan hanya pagar pembatas tapi fondasi sosial itu sendiri. menyaksikan konsekuensi dari pembiaran panjang terhadap budaya tidak tertib: generasi yang tidak melihat pentingnya kontribusi kolektif, tidak menghargai hak orang lain, dan menganggap aturan hanya berlaku bagi “yang patuh.” Di masa depan, jika akar persoalan ini tidak disentuh, konser bukan lagi pesta rakyat, melainkan panggung kericuhan.

Jika pola ini terus berulang, konsekuensinya bukan sekadar batalnya konser. Kita akan menghadapi penurunan kepercayaan investor, migrasi event ke daerah , dan hilangnya peluang ekonomi lokal. Daerah-daerah yang gagal membangun sistem sosial yang tertib akan dianggap tidak layak sebagai tempat berkegiatan publik berskala besar. Ini artinya hilangnya peluang kerja, runtuhnya industri kreatif lokal, dan semakin sempitnya ruang hiburan sehat bagi masyarakat.

Di saat kota-kota lain mulai menata tata kelola event dengan sistem tiket digital, barikade berlapis, hingga keterlibatan masyarakat sipil sebagai penjaga ketertiban, kita masih berkutat dengan persoalan dasar: bagaimana membuat masyarakat menghargai tiket yang dibeli, aturan yang dibuat, dan acara yang disiapkan dengan profesional.

Pertanyaannya bukan lagi “berapa banyak petugas keamanan yang disiapkan”, tetapi: berapa banyak masyarakat yang siap menjadi bagian dari solusi, bukan sumber masalah? Tanpa perubahan cara pandang, tanpa edukasi publik yang terus-menerus, dan tanpa keteladanan dari para pemimpin lokal, Brebes dan banyak daerah lain di Indonesia akan terus menjadi korban dari rendahnya literasi sosial warganya sendiri.

Konser Naragigs carnival seharusnya menjadi perayaan musik, bukan peringatan atas kegagalan kita membangun masyarakat yang tertib dan sadar aturan. Bila pola ini berulang, jangan salahkan promotor jika mereka memilih daerah lain yang lebih siap karena panggung besar tidak butuh hanya suara keras, tapi juga budaya yang dewasa.