BERITAJABAR.ID, Jakarta – Pemerintah membuka peluang masuknya investasi asing dalam strategi pembangunan infrastruktur nasional, termasuk proyek tanggul laut raksasa, seiring tercapainya kesepakatan politik dalam _Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-European (IEU-CEPA)_ antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Kesepakatan yang telah dinegosiasikan selama hampir satu dekade ini menandai fase baru dalam hubungan ekonomi Indonesia dan Uni Eropa. Melalui _IEU-CEPA,_ kedua pihak sepakat untuk memperluas perdagangan bebas, membuka pasar, serta menciptakan kemitraan kerangka strategi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya N. Bakrie, menyebut perjanjian ini sebagai invasi besar bagi perdagangan internasional Indonesia.
“Ini adalah sebuah _terobosan_ (terobosan) dalam perdagangan internasional Indonesia-Uni Eropa yang memakan waktu hampir satu dekade dalam negosiasi,” katanya.
Sepanjang tahun 2024, total perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa tercatat sebesar 30,1 miliar dolar AS atau sekitar 27,3 miliar euro. Dengan tercapainya kesepakatan IEU-CEPA, angka tersebut diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Kadin menilai sektor ekspor seperti tekstil, komoditas, dan minyak sawit memiliki potensi besar untuk tumbuh lebih tinggi.
Namun lebih dari sekedar perdagangan barang, perjanjian ini juga membuka peluang investasi asing langsung _(Foreign Direct Investment/FDI)_ dari kawasan Eropa ke Indonesia, terutama di sektor infrastruktur. Salah satu proyek yang dinilai strategis adalah pembangunan tanggul laut raksasa sebagai bagian dari solusi jangka panjang terhadap ancaman krisis iklim dan naiknya permukaan air laut di wilayah pesisir, termasuk ibu kota negara.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan bahwa perjanjian ini adalah simbol komitmen Eropa dan Indonesia terhadap kerja sama yang terbuka dan saling menguntungkan di tengah-tengah global.
“Di masa-masa sulit, sebagian pihak memilih jalan isolasi dan fragmentasi. Namun, Eropa dan Indonesia memilih jalan keterbukaan, kemitraan, dan peluang bersama,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Fraksi Partai Gerindra, Budisatrio Djiwandono, menyebut _IEU-CEPA_ bukan sekadar perjanjian dagang, melainkan tidak penting yang memperluas akses pasar dan investasi menarik yang berkualitas.
“Kesepakatan ini membuka peluang besar bagi Indonesia, tidak hanya untuk memperluas akses pasar, tetapi juga untuk meningkatkan nilai tambah industri domestik, membuka lapangan pekerjaan baru, serta menarik lebih banyak investasi asing,” ucap Budisatrio.
Salah satu aspek non-ekonomi yang turut menjadi perhatian adalah kebijakan visa cascade dari Uni Eropa yang akan mempermudah WNI memperoleh visa _Schengen multi-entry._ Langkah ini diharapkan dapat mempererat konektivitas antarmasyarakat melalui mobilitas di sektor pendidikan, kewirausahaan, dan budaya.