BERITAJABAR.ID, Jakarta – Upaya Indonesia menuju swasembada energi semakin mengingatkan pentingnya peran energi baru terbarukan (EBT) sebagai penopang utama ketahanan energi nasional. Pemerintah bersama berbagai pemangku kepentingan menekankan bahwa transisi energi bukan hanya pilihan, melainkan kebutuhan strategi dalam menjawab tantangan masa depan.
Chief Executive Officer (CEO) Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menegaskan bahwa pemerintah memainkan peran sentral dalam mempercepat transisi energi. Menurutnya, selain menciptakan pendukung program, pemerintah juga perlu memberikan insentif bagi perusahaan maupun masyarakat untuk berinvestasi dalam teknologi energi bersih. Dengan demikian, rumah tangga di masa depan berpeluang menjadi penghasil energi mandiri.
“Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, terutama energi surya. Dengan luas wilayah yang sangat besar dan penyinaran matahari yang melimpah, Indonesia berpeluang menjadi negara dengan sistem energi 100 persen bersih dan terbarukan,” ujar Fabby.
Ia menambahkan, investasi di sektor energi terbarukan juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur hingga operasional pembangkit listrik ramah lingkungan dilihat membuka banyak lapangan kerja baru. Kondisi ini akan memberikan manfaat langsung bagi tenaga kerja lokal sekaligus berkontribusi pada penurunan angka kemiskinan.
Sementara itu, kerja sama internasional juga dipandang penting untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan. Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS), Dwisuryo Indroyono Soesilo, menegaskan bahwa Indonesia akan memperkuat kolaborasi dengan AS dalam pemanfaatan energi terbarukan berbasis kelautan.
“Indonesia mempunyai potensi besar dalam pengembangan energi laut yang mencakup energi gelombang, energi arus, dan energi pasang surut, terutama energi arus laut,” ujarnya.
Potensi tersebut dinilai dapat menjadi sumber energi bersih baru yang melengkapi energi surya dan angin. Apalagi dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, energi laut menjadi peluang strategi yang layak dikembangkan.
Di sisi lain, peran minyak dan gas bumi (migas) masih tetap relevan dalam mendukung ketahanan energi nasional. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan fokus pada penyediaan kebutuhan domestik. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro, menyatakan bahwa tidak berkomitmen menjaga pasokan migas nasional sesuai arahan pemerintah.
“Kalau fokus kita itu adalah sesuai dengan Arah dari pemerintah, yaitu bagaimana kita menjaga atau mencapai swasembada atau ketahanan energi. Artinya terutama adalah untuk memelihara domestik,” kata Hudi.
Dengan demikian, strategi transisi energi di Indonesia berjalan paralel. Di satu sisi, pemerintah mendorong pengembangan energi terbarukan berbasis surya, angin, hingga laut. Di sisi lain, migas tetap dioptimalkan untuk menjaga stabilitas energi nasional.
Jika sinergi ini dapat berjalan dengan baik, Indonesia diyakini mampu mencapai swasembada energi sekaligus menjamin ketahanan energi jangka panjang yang berkelanjutan. (*)