Ekonom Optimis Pemerintah Mampu Jaga Industri Serap Tenaga Kerja

Berita, EKONOMI704 Views

BERITAJABAR.ID, Jakarta – Tekanan tarif impor dari Amerika Serikat terhadap produk Indonesia dinilai tidak akan mematahkan upaya pemerintah dalam menjaga penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menjelaskan bahwa sektor manufaktur nasional masih memiliki daya saing yang solid dalam sepuluh ribu perdagangan global.

Menurut Myrdal, potensi Indonesia untuk tetap menyerap tenaga kerja secara agresif masih terbuka lebar selama kebijakan pemerintah mendukung iklim investasi dan efisiensi produksi.

“Selama iklim tarif global masih seperti sekarang, dan tarif Indonesia tergolong paling rendah dibandingkan negara lain, masih ada peluang besar untuk sektor manufaktur tetap tumbuh dan menyerap tenaga kerja,” ujar Myrdal.

Kebijakan tarif impor baru dari pemerintah Amerika Serikat di bawah Donald Trump yang akan diberlakukan mulai Agustus 2025 memang menjadi tantangan tersendiri. Tarif ini sebesar 19% lebih tinggi dari tarif MFN (Most-Favored Nation) yang selama ini rata-rata hanya 8%. Meski demikian, Indonesia dinilai masih memiliki keunggulan yang bisa dimaksimalkan.

Myrdal menyebut, dalam kerangka perdagangan internasional, sektor industri Indonesia tetap kompetitif karena dukungan tarif impor yang rendah untuk produk-produk penun-jang. Beberapa komoditas asal Amerika Serikat seperti migas dan pangan strategis bahkan masuk ke Indonesia dengan tarif 0%.

“Dengan tarif 0% untuk migas dan pangan dari AS, kita bisa memperoleh energi murah yang mendukung efisiensi produksi. Hal ini penting untuk mendukung produktivitas manufaktur dan menekan biaya logistik,” ucap Myrdal.

Selain mendukung biaya produksi, Myrdal juga melihat kebijakan pemerintah di bidang pangan dan energi dapat menjaga stabilitas industri. Ia menilai program makan bergizi gratis serta upaya kemandirian energi nasional akan berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja.

“Kalau program makan bergizi gratis benar-benar dijalankan, dan upaya kemandirian energi juga terus diperkuat, maka ini akan menciptakan stabilitas yang mendorong produktivitas industri. Ujungnya tentu berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja,” ujar Myrdal.

Ia menambahkan, selama pemerintah dapat menjaga iklim usaha tetap kondusif, sektor manufaktur tetap akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

“Penyerapan tenaga kerja seharusnya tidak menjadi masalah besar. Masih ada keunggulan kompetitif yang bisa dijaga dan dimaksimalkan,” kata Myrdal.

Optimisme serupa juga disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlang-ga Hartarto. Ia menegaskan, kebijakan penurunan tarif impor yang dilakukan Amerika Serikat akan membawa dampak signifikan pada sektor industri padat karya dalam negeri.

Dalam acara sosialisasi kebijakan tarif resiprokal di Kantor Kemenko Perekonomian, Airlangga mengungkapkan bahwa perlindungan sektor padat karya menjadi fokus pemerintah agar penyerapan energi kerja tetap terjaga.

Menurutnya, kebijakan tarif yang mendukung mampu menyelamatkan jutaan pekerja dari ancaman pemutusan hubungan kerja.

“Saya bilang kalau ini tidak diberikan, Indonesia kompetitif, 1 juta orang akan kehilangan pekerjaan. Jadi Amerika bisa ingin menjadi mitra Indonesia, negara demokrasi terbesar ketiga dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara,” tutur Airlangga.

Pemerintah pun optimistis kebijakan tersebut dapat memperkuat ketahanan industri dalam negeri. Dengan dukungan penuh pemerintah dan kesiapan sektor swasta, industri nasional diharapkan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja di tengah dinamika perdagangan global.-

 

[edRW]