- Indonesia Tetap Kondusif Pasca Penetapan Hasil Pemilu dan Putusan Sidang MK
- Stafsus BPIP Sebut AMN Manado Tempat Kaderisasi Pemimpin Masa Depan Bangsa
- Jaga Situasi Kondusif Wujudkan Pilkada Damai
- Tokoh Agama Berperan Penting Cegah Radikalisme di Masyarakat
- Aparat Keamanan Lakukan Langkah Preventif Pasca Penetapan Hasil Pemilu
- Jadilah Masyarakat Cerdas Literasi Digital, Tangkal Provokasi Soal Investasi Blok Wabu
- Lihat Potensi Besar Keberhasilan Program bagi Pemuda, Pj Bupati Nagan Raya Dukung Penuh AMANAH
- Waspadai Provokasi dan Propaganda Kelompok ULMWP Demi Kumpulkan Massa, Papua Sepenuhnya Bagian NKRI
- Waspadai Adanya Mobilisasi Massa dari Aksi Kelompok ULMWP
- Jaga Persatuan Pasca Pemilu, Mayday 2024 Harus Berlangsung Kondusif
BERITAJABAR.ID - Saat ini, orang tua harus sangat waspada, karena radikalisme sudah menyasar tak hanya ke kaum muda tapi juga anak kecil. Kaum teroris sadar bahwa anak-anak lebih mudah untuk dicekoki paham radikal karena masih polos. Sebelum memasukkan anak ke lembaga pendidikan, orang tua wajib meneliti dengan detail, apakah yayasannya atau gurunya terlibat dengan kaum radikal.
Masyarakat Indonesia terhenyak ketika ada berita tentang anak TK di Probolinggo yang pawai dengan kostum hitam-hitam lengkap dengan penutup wajah dan senjata mainan, bagaikan sekelompok teroris. Merek mengecam aksi tersebut dan menanyakan apakah tidak ada pakaian lain? Peristiwa ini juga jadi sebuah pengingat bahwa sebenarnya ajaran dari kaum radikal sudah merasuk sampai ke tingkat anak-anak.
Kaum radikal memang selalu mencari cara agar bisa memuluskan aksinya dan menyebar ajarannya yang menyesatkan. Ketika mahasiswa susah susah direkrut jadi anggota karena ada pengawasan ketat dari pihak kampus, maka mereka berpindah dan menyasar anak kecil. Caranya dengan membuat lembaga belajar, penitipan anak, PAUD, dan TK yang biasanya bernapaskan religi, sehingga menarik minat banyak orang. Bocah-bocah polos yang jadi murid di sana tentu lebih mudah untuk dicuci otak, karena mereka tentu percaya akan perkataan ibu guru.
Anak TK itu bukannya diajari menyanyi balonku ada lima dan mewarnai gambar, malah diberi dongeng tentang perang Israel dan Palestina. Mereka dicekoki cerita tentang kekejaman Zionis. Padahal kita tahu bahwa di sana bukan hanya konflik agama tapi juga negara, dan berita yang sampai ke Indonesia masih simpang siur, sehingga belum bisa 100 persen dipercaya. Lagipula dongeng seperti itu tentu mengerikan bagi anak-anak kecil yang masih polos.
Selain itu, ciri-ciri dari TK dan lembaga pendidikan untuk anak yang terkoneksi dengan kaum radikal adalah mereka tidak pernah mengadakan upacara bendera, walau hanya setahun sekali ketika tanggal 17 agustus. Murid-murid juga tidak pernah diajak menyanyi lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu nasional lainnya. Bahkan tidak ada ekstra kulikuler musik atau drum band di sana karena mereka berpendapat bahwa musik itu haram.
Tak hanya itu. Guru di TK atau playgroup tersebut juga tidak pernah mengajarkan pendidikan kewarganegaraan, padahal biasanya murid di sekolah taman kanak-kanak sudah diajari untuk menghafal pancasila dan nama presiden beserta wakilnya. Mereka juga diajari untuk jadi mujahid cilik dengan iming-iming surga, dan memperbolehkan kekerasan dengan cara pengeboman. Racun pemikiran tesebut tentu sangat berbahaya bagi anak yang bisa menelannya mentah-mentah.
Radikalisme yang sudah menyasar anak kecil tentu membuat kita waspada. Jangan sampai salah pilih ketika menitipkan anak di daycare atau memilih sekolah PAUD dan TK. Lihat dulu latar belakang yayasannya dan juga profil guru-gurunya. Sekarang kita bisa mencarinya dengan mudah di Google, jadi tahu apakah mereka itu termasuk dalam kelompok radikal atau tidak. Karena jika sudah terlanjur tentu membuat anak jadi kehilangan rasa nasionalisme dan malah jadi calon teroris. Sungguh mengerikan, bukan?
Ketika akan mendaftarkan anak ke TK atau PAUD, maka jangan hanya mengisi formulir lalu membayar uang pangkal dan SPP. Namun manfaatkan kelas trial, jadi Anda tahu apa yang diajarkan di sana. Jika memang tidak ada kelas percobaan seperti itu, cobalah melobi dan lihat proses pembelajaran selama beberapa hari. Telitilah setiap ruangan di dalam gedung TK atau PAUD tersebut. Biasanya jika milik yayasan kaum radikal, maka tidak ada pajangan burung garuda dan foto presiden beserta wakilnya, karena mereka tidak setuju dengan azas pancasila dan membenci pemerintahan saat ini.
Radikalisme sudah menyasar ke tingkat taman kanak-kanak dan kaum teroris memang mengincar bocah-bocah polos untuk jadi sasarannya. Anak-anak itu bisa diajari paham radikal dan diajak untuk menolak nasionalisme. Waspadalah ketika memilihkan TK, PAUD, atau penitipan anak, karena jika yayasannya adalah milik dari simpatisan ISIS atau kaum radikal, akan sangat berbahaya.
Oleh : Teguh Pribadi )* Penulis adalah Mahasiswa IISIP Jakarta
TAGS: | nasional |
Berita Terkait
Write a Facebook Comment
Leave a Comments
#sekilas info
Trump dikecam : Pasien virus Corona agar disuntik disinfektan agar sembuh.
25 Apr 2020
#sekilas info
Nilai Pemerintah RI Lambat Cegah Corona, FKM UI: Corona Masuk Sejak Januari
19 Apr 2020
#sekilas info
Update Covid-19 Per Tgl 13 April 2020, Total Kasus Positif 4,557, Meninggal Dunia 399, Sembuh 380
13 Apr 2020
#sekilas info
Update Covid-19 Per Tanggal 13 April 2020, Total Kasus Positif 4,557, Meninggal Dunia 399, Sembuh 38
13 Apr 2020
#sekilas info
Naik 337. Update Covid-19 Tgl 9 April 2020, Total Kasus Positif 3.293, Meninggal 280, Sembuh 252
09 Apr 2020
- By AdminJabar
- 09:33:32 / 19 Apr 2024
Traveloka Paylater, Pesan Tiket Pesawat Bisa dicicil
BERITAJABAR.ID - Ketika tekanan pekerjaan semakin berat, dan mulai mempengaruhi kesehatan mental,...
Berita Populer
-
Petronas Temukan Cadangan Minyak di Wilayah Jawa T
Jumat, 16 Jul 2021 - Dilihat 890 Kali