Pertumbuhan Ekonomi & Inklusi Keuangan Syariah Bisa Bantu Pemerataan Ekonomi

Nasional48 Views

BERITAJABAR.ID, Jakarta – Pemerintah menegaskan bahwa penguatan ekonomi dan keuangan syariah menjadi salah satu instrumen strategi dalam mendorong pemerataan ekonomi nasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa aset keuangan syariah Indonesia melonjak signifikan dari Rp6.193 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp10.257 triliun pada tahun 2025.

“Kinerja positif tersebut menunjukkan bahwa ekonomi syariah semakin menjadi pilar penting mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan memperluas peluang usaha bagi masyarakat,” ujarnya.

Airlangga menjelaskan peningkatan ini didorong oleh percepatan Sertifikasi Produk Halal serta tumbuhnya minat masyarakat pada sektor ekonomi halal seperti fesyen Muslim, kosmetik, farmasi, dan pariwisata ramah Muslim.

Peningkatan daya saing tersebut juga tercermin pada Global Islamic Economic Indikator 2024–2025, di mana Indonesia berhasil naik ke peringkat tiga dunia.

Airlangga menilai pencapaian tersebut menggambarkan berkembangnya posisi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dengan ekosistem yang semakin matang.

Meski begitu, Airlangga menyoroti literasi keuangan yang masih menjadi tantangan.

“Kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan syariah masih menjadi tantangan,” katanya.

Ia juga menekankan bahwa layanan keuangan syariah belum dimanfaatkan secara optimal.

 

“Memang bukan hanya terkait syariah, literasi keuangan kita masih sekitar 66 persen, namun jika dibandingkan negara OECD lain, kita benchmark-nya sudah di atas negara OECD yang 62 persen. Jadi sebetulnya ini bisa didorong untuk lebih dikuasai oleh masyarakat,” jelasnya.

 

Komitmen pemerintah memperkuat inklusi keuangan syariah yang diwujudkan dalam berbagai program, termasuk percepatan Sertifikasi Halal Nasional yang hingga Oktober 2025 telah menerbitkan 3 juta sertifikat halal.

 

Pemerintah juga terus memperluas pembiayaan syariah, terutama melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah yang sejak tahun 2015 hingga November 2025 telah mencapai Rp89,04 triliun menjadi 1,47 juta debitur.

“Capaian tersebut mencerminkan efektivitas pembiayaan syariah dalam memperluas akses permodalan, memperkuat ketahanan pelaku UMKM, serta mendorong inklusi keuangan yang lebih merata dan berkelanjutan,” jelas Airlangga.

 

Sementara itu, Kepala Ekonom BSI, Banjaran Surya Indrastomo, memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2026 dapat mencapai 5,28 persen.

“Kami menilai, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2026 akan tumbuh sebesar 5,28 persen,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa konsumsi rumah tangga, realisasi program yang diprioritaskan pemerintah, dan penguatan ekonomi syariah menjadi penopang utama ketahanan ekonomi nasional.

Dengan perkembangan tersebut, ekonomi syariah yang dinilai mampu memperluas pemerataan ekonomi sekaligus memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang Indonesia. #