Jangan Korbankan Nilai Kebangsaan Demi Tren Bendera Bajak Laut

Berita674 Views

BERITAJABAR.ID, Jakarta – Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, semangat nasionalisme dan kebanggaan terhadap simbol-simbol kebangsaan kembali menjadi sorotan utama. Namun, di tengah antusiasme masyarakat menyambut hari bersejarah tersebut, muncul fenomena yang menimbulkan konferensi, yaitu tren penggunaan atribut dan bendera bajak laut (One Piece) yang kian marak di ruang publik, termasuk dalam dekorasi perayaan kemerdekaan.

Simbol negara seperti bendera Merah Putih, lambang Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya merupakan penanda identitas, kasih sayang, dan perjuangan panjang bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Oleh karena itu, menggantikan atau menyamakan simbol-simbol persahabatan dengan atribut hiburan global tanpa pemahaman yang mendalam risiko mengikis makna dan nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Idrus Marham mengingatkan seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga kesakralan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Ini bukan persoalan membenci budaya luar. Ini soal menempatkan simbol pada tempatnya. Jangan campurkan simbol hiburan dengan simbol negara, apalagi dalam konteks sakral seperti peringatan kemerdekaan,” kata Idrus.

Idrus menegaskan, kreativitas generasi muda adalah kekuatan penting dalam membangun bangsa. Namun menurutnya, ekspresi budaya pop tidak boleh memasuki ruang-ruang kenegaraan yang bersifat simbolik dan sakral.

“Kalau dipakai di event cosplay atau komunitas, silakan. Tapi kalau sudah menggantikan posisi Merah Putih di bulan Agustus, itu bukan hanya soal ekspresi, tapi sudah menjadi keharusan identitas nasional kita,” ujarnya.

Penggunaan simbol bajak laut dalam konteks hiburan mungkin dimaknai sebagian orang sebagai ekspresi kebebasan, perlawanan terhadap ketidakadilan, atau keberanian. Namun, dalam kerangka kenegaraan, simbol tersebut tidak memiliki posisi ideologi yang relevan dengan perjuangan bangsa Indonesia.

Senada dengan Idrus, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi juga menyatakan memaafkannya. Dia mengimbau generasi muda agar tidak terjebak pada tren momen yang meleceng dari semangat persahabatan.

“Yang jadi masalah itu kan adalah misalnya begini, kemudian ada pihak-pihak yang kemudian dalam tanda kutip ya, manfaatkan kreativitas tersebut untuk hal-hal yang menurut pendapat kita itu juga sebaiknya jangan sampai terjadi,” ujar Prasetyo

Diperlukan pendidikan dan literasi kebangsaan yang lebih adaptif dan relevan dengan perkembangan zaman. Pendidikan berbasis karakter Pancasila, sejarah perjuangan nasional, serta pemahaman terhadap simbol-simbol negara harus terus diperkuat. Di saat yang sama, pendekatan komunikasi yang kreatif dan dialogis harus dilakukan oleh para pemangku kepentingan, agar pesan-pesan nasionalisme tetap diterima tanpa kesan menggurui atau mengekang kebebasan berekspresi.

***