BERITAJABAR.ID, Jakarta – Pemerintah terus memperkuat komitmennya dalam mendorong transisi energi menuju pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) melalui berbagai inisiatif strate-gis, dan pembangunan ekonomi hijau melalui hadirnya dua lembaga investasi strate-gis, yakni Indonesia Investment Authority (INA) dan Danantara.
Danantara, yang merupakan platform pembiayaan hijau berbasis digital hasil kolaborasi lintas sektor, telah dijadikan kanal utama dalam memfasilitasi investasi hijau, termasuk untuk proyek-proyek EBT, konservasi lingkungan, dan pengembangan ekonomi berkelanjutan. Melalui Danantara, pemerintah membuka peluang lebih besar bagi pelaku usaha, investor, hingga masyarakat umum untuk terlibat dalam proyek transisi energi.
Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono, mengatakan bahwa Indonesia Investment Authority (INA) dan Danantara memiliki peran yang saling melengkapi dalam pembiayaan proyek-proyek jangka panjang, khususnya di sektor energi hijau dan hilirisasi industri.
“INA sangat fokus pada investasi berbasis imbal hasil (IRR). Bukan berarti Danantara tidak, tetapi karena ukuran dan basis asetnya, Danantara bisa mendatangkan investasi atau bahkan mengurangi risiko yang tidak bisa dilakukan INA,” ujar Thomas.
Menurut Thomas, INA lebih dulu beroperasi sebagai dana kekayaan negara Indonesia dan telah terlibat dalam sejumlah proyek dengan imbal hasil tinggi. Namun, pen-dekatan INA cenderung memilih dan fokus pada investasi yang sudah minim risiko.
Sementara itu, Danantara yang baru dibentuk di bawah pemerintahan Presiden Prabowo, hadir untuk menjangkau proyek-proyek strategis yang lebih kompleks dan berisiko, seperti hilirisasi mineral dan infrastruktur energi.
“Dengan aset yang lebih besar, Danantara bisa bertindak sebagai agen de-risking. Tapi keduanya tetap saling melengkapi. Jika digabungkan, mereka bisa mendukung strategi pembiayaan proyek secara lebih efektif,” tambah Thomas.
Sementara itu, Chief Investment Officer Badan Pengelola Investasi Danantara, Pandu Patra Sjahrir, mengatakan bahwa Danantara mengelola dividen BUMN serta dua jenis holding investasi dan operasional dengan tujuan membentuk dana kedaulatan bertaraf global.
“Danantara mengelola operasional 889 perusahaan BUMN. Dividen dari korporatisasi ini akan diinvestasikan kembali ke dalam dan luar negeri untuk tujuan komersial,” ungkap Pandu.
Pandu juga menegaskan komitmen Danantara dalam menerapkan tata kelola yang baik dan meritokrasi, termasuk menempatkan talenta terbaik di perusahaan-perusahaan BUMN seperti Pertamina dan Telkom.
Melalui peran strategis INA dan Danantara, pemerintah berharap percepatan transisi energi dan industrialisasi nasional dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan. Melalui pendekatan kolaboratif ini, pemerintah optimistis bahwa transisi energi bukan sekadar wacana, melainkan menjadi gerakan nyata dan terukur. Danantara bisa menjadi salah satu motor utama dalam mendorong transformasi energi nasional menuju masa depan yang lebih bersih, mandiri, dan berkelanjutan.