- Aparat Keamanan Mulai Babak Baru Dalam Menumpas OPM dari NKRI
- Implementasi UU Cipta Kerja Berdampak Positif Bagi Perekonomian
- AMN Manado Bantu Generasi Muda Raih Mimpi Besar
- Keberadaan Papua dalam NKRI Bukti Nyata Persatuan Rakyat pada Panji Bhineka Tunggal Ika
- Pentingnya Sinergitas Antar Pihak Lahirkan Pilkada 2024 Damai dan Lancar
- Jadi Bagian AMANAH, Pemuda Aceh Mampu Tingkatkan Kreativitas dan Inovasi
- Apresiasi Percepatan Pembangunan Pusat Pemerintahan Papua Tengah
- Redam Penyebaran Paham Radikal Dengan Pendekatan Islam Moderat dan Penuh Toleransi
- Pentass Sambut Baik Dukungan 8 Parpol untuk Supian Suri Nyalon Wali Kota Depok
- Kehadiran Papua dalam Bingkai NKRI Semakin Perkuat Identitas Nasional
Radikalisme bukanlah fenomena baru dalam sejarah bangsa Indonesia. Bibit dari gerakan yang mencita-citakan berdirinya negara Khilafah ini telah ada sebelum Indonesia merdeka. Bukan hanya itu, gerakan ini sempat memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia pada tahun 1949 di bawah kepemimpinan Kartosuwiryo.
Hingga hari ini, gerakan radikalisme terus menyebarkan pengaruhnya secara masif, bukan hanya pada masyarakat awam, tapi juga pada masyarakat terpelajar di berbagai instansi pendidikan. Fenomena ini tidak bisa anggap remeh jika kita benar-benar mengidealkan tatanan masyarakat yang aman, tenteram, dan damai.
Di era media sosial pola doktrin radikalisme semakin efektif dan efisien. Saat ini kelompok radikal benar-benar memanfaatan media sosial sebagai media doktrin yang mudah dan murah. Tak tanggung-tanggung seluruh lini media sosial tidak ada celah yang tidak dijejali oleh radikalisme.
Melawan doktrin secara online juga harus lewat online. Salah satu cara mematahkan doktrin radikalisme online adalah dengan cara memberikan pemahaman yang pas soal ajaran agama yang baik di medsos. Pasalnya selama ini upaya melawan kaum radikal hanya membongkar kekejamannya. Sudah saatnya di medsos melawan kaum radikal dengan mematahkan pendalilannya, terutama mematahkan dalil kekerasannya.
Warganet jangan terbuai dengan postingan-postingan manis kaum radikal. Emosional mereka sering terpancing ketika disuguhkan video provokasi penindasan umat Islam. Terkadang video itu hoaks atau video lama yang sengaja digunakan menyulut api jihad. Model-model doktrin seperti inilah yang perlu disadari, dipahami, dan dilawan.
Perlu kita pahami bersama bahwa beragama harus dibarengi dengan ilmu. Jangan sampai kita beragama dengan nafsu.
Doktrin via medsos sejatinya memang membangunkan semangat beragama dengan nafsu. Nafsu apa yang dibangun? Misalnya nafsu jihad yang beradiah mati sahid. Setelah mati sahid langsung masuk surga dan berkumpulkan serta dilayani para bidadari. Konsep seperti inilah beragama dengan nafsu. Maka beragama wajib memperdalam dan memperluas pemahaman agamanya supaya tidak mudah didoktrin kaum radikal.
TAGS: | nasional |
Berita Terkait
Write a Facebook Comment
Leave a Comments
#sekilas info
Trump dikecam : Pasien virus Corona agar disuntik disinfektan agar sembuh.
25 Apr 2020
#sekilas info
Nilai Pemerintah RI Lambat Cegah Corona, FKM UI: Corona Masuk Sejak Januari
19 Apr 2020
#sekilas info
Update Covid-19 Per Tgl 13 April 2020, Total Kasus Positif 4,557, Meninggal Dunia 399, Sembuh 380
13 Apr 2020
#sekilas info
Update Covid-19 Per Tanggal 13 April 2020, Total Kasus Positif 4,557, Meninggal Dunia 399, Sembuh 38
13 Apr 2020
#sekilas info
Naik 337. Update Covid-19 Tgl 9 April 2020, Total Kasus Positif 3.293, Meninggal 280, Sembuh 252
09 Apr 2020
- By AdminJabar
- 09:33:32 / 19 Apr 2024
Traveloka Paylater, Pesan Tiket Pesawat Bisa dicicil
BERITAJABAR.ID - Ketika tekanan pekerjaan semakin berat, dan mulai mempengaruhi kesehatan mental,...
Berita Populer
-
Petronas Temukan Cadangan Minyak di Wilayah Jawa T
Jumat, 16 Jul 2021 - Dilihat 873 Kali