BERITAJABAR.ID, JAKARTA – Narasi yang diusung dalam aksi massa bertajuk ‘Indonesia Gelap’ kontras dengan kondisi nyata di tengah masyarakat.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kehidupan sosial dan perekonomian tetap berjalan stabil.
Pusat hiburan masih ramai pengunjung, konser musik tetap digelar dengan antusiasme tinggi, serta daya beli masyarakat tetap terjaga.
Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa perekonomian Indonesia tetap stabil di tengah wilayah global.
Inflasi nasional yang saat ini berada pada level terendah di dunia menjadi indikator kuat kestabilan tersebut.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang tetap berada di atas rata-rata global, menandakan fundamental perekonomian Indonesia yang kokoh.
“Saya sangat gembira, perekonomian kami terkendali. Inflasi kami salah satu yang terendah saat ini di dunia,” ujar Prabowo.
“Pertumbuhan kami juga diperkirakan tetap di atas rata-rata dunia. Hampir seluruh sektor berjalan terkendali, meskipun perkembangan geopolitik dunia sangat ketat,” tambahnya.
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai program pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi, seperti stimulus Ramadhan, program diskon belanja, hingga diskon harga tiket pesawat, berpotensi meningkatkan daya beli masyarakat.
Ia pun berharap kebijakan idealnya diterapkan sepanjang tahun, bukan hanya dalam jangka waktu tertentu.
“Jika dijalankan dengan baik, program-program tersebut akan mendongkrak daya beli dan menstimulus pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025,” ujar Wijayanto.
Sementara itu, Anggota Komisi XIII DPR RI, Arisal Aziz, mengapresiasi kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah.
Menurutnya, langkah tersebut mencerminkan keberpihakan terhadap kepentingan rakyat dengan memastikan penggunaan anggaran lebih efektif.
“Langkah efisiensi yang diambil oleh Presiden Prabowo mencerminkan keberpihakan terhadap kepentingan rakyat,” ucapnya.
“Dengan mengurangi anggaran yang kurang produktif dan mengalihkannya ke sektor yang lebih membutuhkan, diharapkan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat,” kata Arisal.
Di tengah situasi ekonomi yang tetap terkendali, serangkaian aksi massa yang membangun narasi ‘Indonesia Gelap’ justru bertentangan dengan kenyataan di lapangan.
Masyarakat diminta untuk lebih waspada terhadap provokasi yang dapat menimbulkan ketakutan serta meningkatkan stabilitas nasional. (*)