- Cendekiawan Sepakat dan Dukung Putusan MK pada Sidang Sengketa Pemilu 2024 Sah
- Pembangunan Papua Menjadi Bukti Pemerintah Wujudkan Kesejahteraan Papua
- Jaga Persatuan dan Kesatuan, Masyarakat Harus Terima Putusan MK pada Sengketa Pemilu
- Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tinggi di 2024
- Parpol dan Elite Politik Harus Tunjukkan Kedewasaan Usai Hasil Sengketa Pemilu Diumumkan
- IKN Nusantara Memiliki Magnet Kuat Terhadap Investor Asing
- BIN Bekali Generasi Muda Rasa Nasionalisme Melalui AMN Manado
- Tindak Tegas OPM Sumber Penderitaan Masyarakat Papua
- Jadi Bagian dari Program AMANAH, Pemuda Aceh Mampu Berkembang dan Mandiri
- UU Cipta Kerja Bermanfaat Menggerakan Perekonomian Nasional
BERITAJABAR.ID - Media sosial diyakini sebagai salah satu sarana kelompok radikal untuk menyebarkan pengaruhnya. Seluruh elemen masyarakat diharapkan terus bersinergi guna melawan narasi radikal di media sosial agar generasi muda dapat terhindar dari paham berbahaya tersebut.
Media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan tiktok menjadi magnet dan WNI banyak menggunakan sarana tersebut karena bisa bertemu teman lama sekaligus meraih popularitas. Rasanya tiada hari tanpa ngetweet atau posting foto di Instagram. Dengan bermedsos maka otak jadi rileks dan senang karena bisa bercanda dengan banyak teman di dunia maya.
Membuka akun facebook dan media sosial lain memang menyenangkan tetapi ada bahaya yang mengintai yakni pengaruh dari kelompok radikal. Saat ini mereka sudah mengikuti zaman dan masuk ke arena medsos untuk menyebarkan pengaruhnya. Caranya dengan membuat akun baru dan konten-kontennya dibuat semenarik mungkin. Setelah itu baru mereka mendekati secara personal.
Kita harus melawan narasi radikal di media sosial karena ia memaparkan hal yang salah. Jika kelompok radikal menginginkan negara khalifah maka tidak mungkin didirikan di Indonesia. Penyebabnya karena kondisi masyarakatnya yang majemuk dan berbeda dengan negara khalifah di gurun pasir.
Dania menyatakan bahwa narasi radikal di media sosial bisa dilawan dengan critical thinking. Wanita muda yang pernah terjebak oleh kelompok teroris ISIS ini menjelaskan, dengan berpikir kritis maka kita tidak akan mudah dibohongi oleh kelompok radikal.
Dalam artian, kemampuan critical thinking sangat diperlukan, apalagi ketika berseluncur di dunia maya. Jangan terlalu mudah percaya jika ada yang memberi janji surga tentang negara khalifah. Penyebabnya karena kenyataannya tidak seperti itu dan sistem ini ada kelemahannya. Ingatlah bahwa Indonesia adalah negara demokratis, sehingga tidak cocok jika diubah jadi negara khalifah.
Untuk melatih kemampuan berpikir kritis di media sosial maka pertama, gunakan logika dalam melihat suatu foto atau berita yang sedang viral. Lihatlah apakah itu benar atau hoax, dan kelompok radikal memang menggunakan hoax agar followersnya di medsos percaya padahal itu palsu. Misalnya ketika ada foto pembantaian, maka lihat dengan teliti lokasinya lalu cek di Google. Nanti akan terlihat bahwa sebenarnya itu foto lama atau malah hanya adegan film.
Kelompok radikal tahu bahwa.ada masyarakat yang terlalu mudah percaya hoax apalagi jika dibumbui narasi yang mengguncang emosi. Oleh karena itu saat ada berita yang dishare, jangan panik lalu ikut memviralkannya. Akan tetapi pikirkan apa itu benar?
Cara lain agar tidak terjebak radikalisme di media sosial adalah dengan mewaspadai akun-akun di IG atau medsos lain. Biasanya akun milik kelompok radikal selalu mempromosikan jihad sebagai ibadah terbaik yang diganjar surga. Padahal kenyataannya mereka berlindung di balik kata jihad dan melakukan kekerasan serta pengeboman, yang sudah jelas dilarang oleh agama.
Jihad yang sebenarnya adalah dengan mencari nafkah untuk keluarga dan menahan gejolak emosi di dalam dada. Salah besar jika jihad dikaitkan dengan bom pengantin, karena sama saja dengan bunuh diri dan itu adalah suatu dosa besar.
Narasi radikal di media sosial mulai marak apalagi setelah era reformasi kadang kita kebablasan dalam mengartikan kebebasan. Tidak boleh ada kebebasan yang terlalu bebas sampai harus mengikuti kata-kata dari kelompok radikal. Narasi mereka harus dihentikan dengan melapor ke polisi siber, sehingga tidak ada korban baru yang direkrut menjadi kader.
Oleh : Indah Rahmawati )* Penulis adalah mahasiswa Universitas Pakuan Bogor
TAGS: | nasional |
Berita Terkait
Write a Facebook Comment
Leave a Comments
#sekilas info
Trump dikecam : Pasien virus Corona agar disuntik disinfektan agar sembuh.
25 Apr 2020
#sekilas info
Nilai Pemerintah RI Lambat Cegah Corona, FKM UI: Corona Masuk Sejak Januari
19 Apr 2020
#sekilas info
Update Covid-19 Per Tgl 13 April 2020, Total Kasus Positif 4,557, Meninggal Dunia 399, Sembuh 380
13 Apr 2020
#sekilas info
Update Covid-19 Per Tanggal 13 April 2020, Total Kasus Positif 4,557, Meninggal Dunia 399, Sembuh 38
13 Apr 2020
#sekilas info
Naik 337. Update Covid-19 Tgl 9 April 2020, Total Kasus Positif 3.293, Meninggal 280, Sembuh 252
09 Apr 2020
- By AdminJabar
- 09:33:32 / 19 Apr 2024
Traveloka Paylater, Pesan Tiket Pesawat Bisa dicicil
BERITAJABAR.ID - Ketika tekanan pekerjaan semakin berat, dan mulai mempengaruhi kesehatan mental,...
Berita Populer
-
Petronas Temukan Cadangan Minyak di Wilayah Jawa T
Jumat, 16 Jul 2021 - Dilihat 866 Kali