- Masyarakat Bersatu Mewaspadai Provokasi Jelang Putusan Sidang MK
- Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng
- Mendukung Penindakan Hukum Terhadap OPM
- Angkat Citra Aceh, BIN Berdayakan Pemuda dengan Program AMANAH
- Traveloka Paylater, Pesan Tiket Pesawat Bisa dicicil
- Tolak Demonstrasi Anarkis Jelang Putusan Sidang Sengketa Pilpres
- Sinergitas Elemen Masyarakat Jaga Kondusivitas Pasca Pemilu
- Langgar HAM dan Lukai OAP, Tindakan OPM Identik Dengan ISIS
- Pemerintah Optimis Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2024 Semakin Pesat
- Kembangkan Kualitas Pendidikan, AMN Manado Hadirkan Fasilitas Lengkap
BERITAJABAR.ID - Radikalisme adalah paham yang berbahaya karena ia mengajak pengikutnya untuk tidak setia pada negara. Cita-cita mereka dalam membentuk negara kekhalifahan membuat munculnya ambisi untuk merekrut kader baru dan menyebarkan ajarannya. Termasuk ke lembaga sekolah. Kita harus waspada agar anak tidak dididik oleh guru yang radikal.
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang seharusnya mentransfer ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Selain itu, di sekolah, anak-anak juga diajari untuk hidup disiplin dan menghormati guru. Sayangnya paham radikalisme mulai masuk ke lingkungan pendidikan. Ada sekolah yang ternyata didirikan oleh kaum radikal atau gurunya termasuk simpatisan mereka.
Radikalisme di sekolah ini tentu berbahaya karena murid diajarkan untuk jadi orang yang tidak toleran dan menganggap kelompoknya selalu benar. Bahkan mereka diajak untuk berjihad karena guru menuturkan tentang ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah. Murid-murid merasa terpanggil jiwanya lalu berani jadi pengantin bom, sehingga mati sia-sia.
Irfan Amalee, direktur Peace Generation menyatakan bahwa paham radikalisme didoktrin melalui berbagai cara. Kaum radikal memang sengaja mengadakan doktrinisasi dengan aneka usaha agar muncul kader-kader baru, termasuk murid sekolah. Di lembaga pendidikan yang didirikan oleh kaum radikal, diajarkan tentang cara meraih surga melalui kekerasan.
Selain itu, guru juga mengajarkan bahwa dalam sejarahnya, ulama ikut dalam perjuangan kemerdekaan. Namun ketika Indonesia merdeka, mereka kecewa karena negara memiliki azas pancasila, bukan kekhalifahan. Sang guru pun memberikan keterangan tentang kelebihan dari negara khalifah dan memaki rezim sekarang yang menurut mereka tidak adil.
Kondisi ini tentu mengkhawatirkan karena murid yang masih berusia muda malah diarahkan untuk berjihad dan ikut membenci pemerintah. Padahal seharusnya mereka belajar tentang matematika, sains, dan pengetahuan lain. Namun malah diajarkan tentang kebencian dan intoleranisme, serta anti terhadap kaum asing yang dianggap sebagai penjajah.
Sebagai orang tua, kita wajib waspada dan teliti dalam memilihkan sekolah, terutama yang berbasis agama. Misalnya madrasah atau pesantren. Lihat dulu sejarah lembaga pendidikan tersebut dan teliti siapa pendirinya, siapa kepala sekolahnya? Apakah mereka mengajarkan tentang nasionalisme atau malah ternyata simpatisan kaum radikal?
Jangan sampai salah pilih karena nanti anak bisa tumbuh jadi orang yang kehilangan rasa nasionalisme. Mereka juga berubah dan ingin pergi berperang di daerah rawan konflik, seperti Suriah. Juga lebih menuruti ucapan guru daripada orang tua.
Mengapa sampai seperti itu? Karena mereka memang sudah didoktrin untuk jadi kaum radikal. Bagi mereka, pergi berperang itu adalah jihad, dan ajaran dari sekolah sudah terlalu mengakar. Sebelum semuanya terlambat, kita harus waspada dan teliti dalam memilih lembaga pendidikan untuk anak-anak.
Jika anak sudah terlanjur masuk ke lembaga pendidikan milik kaum radikal dan Anda baru mengetahuinya beberapa bulan kemudian, segera pindahkan ke sekolah lain. Memang nantinya butuh biaya lagi, namun hal itu lebih baik. Daripada nanti mereka terlanjur terdoktrin dan malah berani melawan orang tuanya.
Di rumah, ajarkan kembali mereka untuk menaikkan rasa nasionalisme. Misalnya dengan menyetelkan lagu kebangsaan dan mengajak untuk menonton film tentang sejarah Indonesia. Lama-lama doktrin dari lembaga pendidikan radikal akan terkikis dan ia sadar bahwa Indonesia tediri dari banyak suku dan agama, dan ia tidak boleh membenarkan kelompoknya sendiri.
Radikalisme di lembaga pendidikan sangat membuat kita miris karena bisa merusak masa depan anak-anak. Bukannya ingin mencari beasiswa kuliah, mereka malah bercita-cita berangkat jihad dan tak lagi menuruti orang tuanya. Waspadalah karena kedok kaum radikal makin banyak dan mereka juga membuat sekolah untuk menebarkan ajarannya.
TAGS: | nasional |
Berita Terkait
Write a Facebook Comment
Leave a Comments
#sekilas info
Trump dikecam : Pasien virus Corona agar disuntik disinfektan agar sembuh.
25 Apr 2020
#sekilas info
Nilai Pemerintah RI Lambat Cegah Corona, FKM UI: Corona Masuk Sejak Januari
19 Apr 2020
#sekilas info
Update Covid-19 Per Tgl 13 April 2020, Total Kasus Positif 4,557, Meninggal Dunia 399, Sembuh 380
13 Apr 2020
#sekilas info
Update Covid-19 Per Tanggal 13 April 2020, Total Kasus Positif 4,557, Meninggal Dunia 399, Sembuh 38
13 Apr 2020
#sekilas info
Naik 337. Update Covid-19 Tgl 9 April 2020, Total Kasus Positif 3.293, Meninggal 280, Sembuh 252
09 Apr 2020
- By AdminJabar
- 09:33:32 / 19 Apr 2024
Traveloka Paylater, Pesan Tiket Pesawat Bisa dicicil
BERITAJABAR.ID - Ketika tekanan pekerjaan semakin berat, dan mulai mempengaruhi kesehatan mental,...
Berita Populer
-
Petronas Temukan Cadangan Minyak di Wilayah Jawa T
Jumat, 16 Jul 2021 - Dilihat 861 Kali